Mempersiapkan Natal Anak-anak
Natal merupakan saat yang dinanti-nantikan oleh anak. Sejak kecil anak belajar bahwa Hari Natal memiliki makna yang istimewa. Pemahaman mereka akan Natal belum tentu benar, karena Natal bagi anak kecil seringkali identik dengan pesta dan banyaknya hadiah serta acara-acara yang menarik.
Karena “daya tarik” itulah, Hari Natal merupakan kesempatan emas bagi guru Sekolah Minggu untuk menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak; memberitakan peristiwa luar biasa dimana Tuhan Yesus lahir ke dunia sebagai seorang bayi untuk menebus dosa umat manusia.
Natal juga merupakan kesempatan berharga bagi Sekolah Minggu untuk menjaring anak baru sekaligus menarik kembali anak-anak yang sudah lama tidak datang ke Sekolah Minggu.
A. Menyampaikan Makna Natal Kepada Anak
Menyampaikan makna Natal kepada anak-anak bukanlah hal yang mudah. Paling tidak ada 2 alasan mengapa guru Sekolah Minggu seringkali menemui kesulitan dalam meneruskan Berita Natal kepada anak-anak.
Alasan pertama, Natal selain mengandung unsur religius / rohani pada saat yang bersamaan juga mengandung unsur sekuler. Kemungkinan besar anak-anak kecil memahami arti Natal justru bukan dari aspek rohaninya, melainkan dari sisi tradisi Natal sekuler yang dikenalnya, seperti: Sinterklas, pohon natal, hadiah, baju baru, pesta, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, guru Sekolah Minggu perlu “meluruskan” pandangan anak akan makna Natal yang sebenarnya dengan menekankan peristiwa kelahiran Yesus sebagai sentral utama Perayaan Natal di Sekolah Minggu.
Alasan kedua, cara menyampaikan Berita Natal pada anak merupakan tantangan yang tidak mudah, terutama bagaimana guru Sekolah Minggu dapat menyampaikan Pesan Natal pada anak-anak dengan kelompok usia yang berbeda-beda. Hal ini akan semakin sulit bila perayaan Natal Sekolah Minggu dirayakan bersama, dimana anak yang masih kecil bergabung bersama dengan anak yang sudah lebih besar.
Wes Haystead dalam bukunya yang berjudul Teaching Your Child About God mengemukakan beberapa ide/cara dalam menyampaikan Berita Natal agar bermakna secara rohani kepada anak-anak, yaitu:
1. Sikap Orang Dewasa (guru Sekolah Minggu, red.)
Untuk membuat Natal benar-benar bermakna spiritual bagi anak-anak, sikap orang dewasalah yang menjadi kuncinya. Jika kelahiran Yesus tidak bermakna bagi orangtua dan guru, usaha-usaha memaksa anak untuk menanggapinya dengan penuh hormat kepada Allah adalah sia-sia. Perintah yang Allah berikan kepada keluarga Yahudi untuk merayakan pembebasan mereka dari Mesir memberikan model yang baik bagi perayaan keluarga Kristen. kombinasi makanan enak, ungkapan sukacita, dan penjelasan yang singkat serta sederhana akan makna peristiwa itu merupakan cara yang paling baik untuk menolong anak-anak menikmati dan mulai memahami mengapa perayaan itu sungguh-sungguh penting.
2. Palungan
Palungan sudah lama dipakai sebagai pusat perhatian selama masa Natal. Biarkan anak-anak berperan serta dalam membuat palungan. Beri mereka kesempatan untuk memegang tokoh-tokoh Natal saat kisah Natal diceritakan. Biarkan anak-anak kembali ke palungan selama liburan Natal berlangsung untuk bermain-main dengan tokoh- tokoh di sekitar palungan, untuk mengenang dan menceritakan kembali kisah yang telah mereka dengar.
3. Dekorasi
Banyak dekorasi Natal pada mulanya berfungsi sebagai simbol-simbol kebenaran Alkitab. Merupakan hal yang sangat indah bagi anak untuk dikenalkan pada pohon Natal, hiasan-hiasan dan lampu warna-warni sebagai hal yang lebih dari sekadar latar belakang dari tumpukan hadiah yang beraneka warna. Sebuah buku tentang tradisi Natal dapat memperkaya setiap rumah atau kelas bagi orang dewasa maupun anak-anak.
4. Pesta Ulang Tahun
Menekankan aspek perayaan ulangtahun pada hari Natal dapat menggugah respon anak-anak. Mereka mungkin agak sulit menghargai pesta ulang tahun bagi Yesus tanpa kehadiran Yesus secara fisik sebagai pribadi yang berulang tahun. Namun mereka tentu akan senang membicarakan apa saja yang Maria dan Yusuf lakukan bagi Yesus pada hari ulang tahun-Nya yang kedua atau kelima. Bicarakan dengan anak-anak tentang hari ulang tahun mereka untuk membantu mereka menghubungkan pertumbuhan Yesus dengan pengalaman mereka sendiri.
5. Buku-buku Bergambar
Satu atau lebih buku-buku bergambar kisah Natal dapat dipakai selama liburan Natal. (Bagi orangtua -red ) saat-saat menjelang tidur selama minggu Natal bisa dipakai untuk menceritakan kisah-kisah tersebut.
6. Televisi dan Video
Televisi yang memborbardir rumah-rumah dengan sinterklas, yang mengaburkan makna semangat Natal, dan iklan penjualan hadiah Natal yang tak habis-habisnya — kadang juga memberi kesempatan untuk melihat penggambaran kisah Natal yang dramatis. Menonton dengan selektif (atau penyewaan kaset video), yang seharusnya menjadi pola setiap keluarga, dapat menjadikan televisi sebagai aset yang bermutu.
7. Menyanyikan Lagu-lagu Natal
Pada saat keluarga dan kelompok-kelompok persekutuan di gereja menikmati saat lagu-lagu dinyanyikan, mereka perlu mengikut-sertakan lagu “Away in a Manger” (Di Dalam Palungan) atau dua lagu yang dipelajari anak-anak di gereja. Mulailah dengan “Jingle Bells” (yang paling disukai anak-anak pada masa seperti ini) dan yang juga dapat melibatkan anak-anak. (Catatan: Mengikutsertakan lagu-lagu favorit anak-anak lainnya, dapat menjadi pembuka sebelum kisah nyata kelahiran Yesus didiskusikan.) Hal yang menyenangkan bagi keluarga untuk melewati malam Natal adalah dengan menciptakan lagu-lagu Natal baru. Pakailah nada-nada yang akrab di telinga anak dan menggantinya dengan kata-kata baru tentang kisah Natal.
8. Hadiah Natal
Pengalaman keluarga atau kelas lainnya yang berarti adalah memberi hadiah kepada orang lain di luar kelompok itu. Beberapa minggu sebelum Natal, berundinglah dengan anak-anak untuk memutuskan siapa yang akan diberi hadiah sebagai kejutan dan apa yang akan diberikan. Dengan melibatkan anak-anak dalam merencanakan hadiah, dan juga melakukannya, anak-anak akan memiliki pengalaman yang berharga dalam memberi tanpa mengharapkan untuk menerima timbal balik.
|
B. Mempersiapkan Acara Natal
Agar perayaan Natal anak-anak Sekolah Minggu dapat bermakna secara rohani dan dapat dipahami anak-anak, beberapa hal teknis yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Awal
Ajak dan libatkan seluruh guru Sekolah Minggu untuk terlibat dalam merencanakan dan menyelenggarakan Perayaan Natal tersebut. Buatlah jadwal pertemuan untuk merencanakan Perayaan Natal. Pada pertemuan itu diskusikan dan tentukan tempat dan waktu yang tepat bagi perayaan Natal (hari, tanggal, jam), Tema, Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran perayaan Natal. Diskusikan juga bagaimana rencana rangkaian acara, para pengisi acara, rancangan dekorasinya, konsumsi, perlengkapan sound system, dan sebagainya.
2. Inti/Tema Berita Natal
Agar Natal dapat memberikan makna secara rohani pada anak- anak, kita harus dapat menemukan tema Natal yang tepat, sederhana, dan mudah dimengerti oleh anak-anak. Beberapa contoh tema yang cocok untuk perayaan Natal misalnya:
“BAYI YESUS TELAH LAHIR”
“ULANG TAHUN YESUS”
“YESUS SAHABATKU”
“PALUNGAN YESUS”
“GEMBALA DAN BAYI YESUS”
“SELAMAT DATANG TUHAN YESUS”
“YESUS DATANG AKU SELAMAT” dan sebagainya.
3. Acara Natal
Setelah tema yang cocok ditemukan, diskusikan acara Natal dengan seluruh Panitia Natal yang telah dibentuk. Seluruh rangkaian acara Natal ini harus diatur dan dikoordinasikan dengan baik agar dapat mendukung tema Natal. Koordinasikanlah nyanyian, renungan inti (cerita), drama, permainan, tarian, dan sebagainya. Demikian pula kordinasikan personil yang mengisi acara (Song Leader, MC, Tim musik pengiring, Pembawa Firman, dll) baik anak-anak maupun guru yang terlibat. Perhatikan susunan acaranya dan aturlah dengan jelas agar acara Natal dapat berjalan dengan lancar. Selain itu dekorasi ruangan harus sesuai dan mendukung tema.
4. Berbagai Perlengkapan Pendukung Acara
Tidak kalah pentingnya dengan acara Natal adalah persiapan dan pengadaan berbagai perlengkapan/fasilitas yang menunjang acara Natal. Perhatikan bahwa tempat duduk harus diatur dengan baik agar anak-anak merasa nyaman dan pandangan anak ke panggung (bila ada) tidak terhalang. Sound system harus diatur dengan baik agar suara tidak terlalu memekakkan telinga, namun juga jangan terlalu kecil, aturlah sound system agar dapat terdengar dengan jelas oleh seluruh anak. Demikian pula alat-alat penunjang lain seperti OHP, alat-alat musik dan alat-alat lain harus diatur dengan baik.
5. Semua Orang Harus Terlibat dalam Perayaan Natal
Semangat Natal bukan semangat “one man show” (dipikir / dikerjakan oleh satu orang saja). Oleh karena itu perayaan Natal harus dilaksanakan dalam kebersamaan dan kasih diantara anak-anak Tuhan. Untuk itu pada masa persiapan, setiap guru Sekolah Minggu harus dilibatkan dalam kepanitiaan, dengan pembagian tugas yang sesuai, sehingga setiap guru dapat memiliki tanggung jawabnya sendiri untuk menunjang keberhasilan perayaan Natal. Demikian pula anak-anak Sekolah Minggu dapat dilibatkan dalam perayaan Natal, misalnya dengan membuat dekorasi, hiasan pohon natal, atau membuat “palungan”. Selanjutnya menjelang hari perayaan Natal, anak-anak juga dapat dilibatkan dalam mendekorasi ruangan atau menghias pohon Natal.
6. Undangan Perayaan Natal
Cara lain untuk melibatkan anak-anak dan guru Sekolah Minggu dalam mempersiapkan Natal adalah dengan membuat brosur / pamflet / kartu / selebaran yang berisi undangan untuk anak-anak lain, khususnya yang sudah lama tidak datang atau untuk menjangkau anak-anak baru. Ajaklah anak-anak untuk berkunjung dan membagikan undangan perayaan Natal tersebut ke rumah teman-teman mereka.
7. Pelaksaaan Acara
Bagi Sekolah Minggu yang lebih senang menggabung seluruh anak dalam acara Natal, maka diperlukan tempat yang cukup luas agar semua anak dapat berkumpul bersama. Selain itu para guru perlu disiapkan untuk berada di antara anak-anak agar keributan dapat terkendali. Pertimbangkan juga waktu pelaksanaannya, karena biasanya acara gabungan akan memakan waktu lebih lama dari biasanya.
Melaksanakan perayaan per kelas dapat juga dilakukan untuk menjalin rasa keakraban, namun demikian perlu dipikirkan secara matang dan dilakukan koordinasi yang baik antar guru kelas. Selain agar persiapan dapat dilakukan dengan efisien, juga menghindarkan rasa persaingan yang mungkin akan timbul antar kelas (misal: ada kelas yang menerima hadiah dari gurunya sementara kelas yang lain tidak).
8. Follow-up Perayaan Natal
Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah bagaimana tindak lanjut perayaan Natal tersebut. Setiap guru Sekolah Minggu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa berita Natal tinggal dalam hati anak-anak. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan bagaimana cara menolong anak agar benih-benih Firman Tuhan yang telah ditaburkan mendapat siraman rohani agar bertumbuh. Untuk itu, guru-guru perlu memberikan bimbingan dan perhatian, baik berupa cerita-cerita lanjutan (seputar Natal) pada minggu-minggu berikutnya, ataupun dengan mengadakan pertemuan tatap muka secara pribadi untuk berdoa bersama / sharing atau memberikan tugas-tugas bacaan untuk anak yang lebih besar.
Selamat mempersiapkan Natal!
Sumber: Infolead – PEPAK
|