Sejarah dan Latar Belakang Tata Ibadah HKBP
Liturgi HKBP berasal dari Kerajaan Prosia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18) terdapat bermacam-macam denominasi Gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran Gereja yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis. Keyakinan Kaisar yang memerintah Jerman waktu itu adalah apabila agama bersatu (dan hanya satu), maka negara akan menjadi kuat, dan apabila negara kuat, berarti kekuasaan Kaisar juga kuat. Karena itu negara berkepentingan untuk menyatukan berbagai denominasi yang ada di Jerman pada waktu itu, dan salah satu caranya adalah menyatukan tata ibadah yang ada agar menjadi sama di seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan waktu bertahun-tahun dan akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang adalah gabungan dari tradisi Lutheran dan Calvinis.
Versi tata ibadah yang kita pakai sekarang adalah penggabungan kedua tradisi tersebut (dikenal juga sebagai Tata Ibadah Union), yang lahir sebagai sebuah liturgi kompromi di dalam pertentangan.[2
Tata ibadah HKBP sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan. Agenda pertama yang dipakai dicetak pada tahun 1894. Agenda yang dipakai pendeta non-Batak berbeda dengan yang dipakai oleh Guru Huria. Tata ibadah yang dipakai oleh Guru Huria tidak memiliki Votum karena dianggap kurang pantas untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Tahun 1907, Agenda dicetak ulang tetapi tidak memiliki perubahan yang signifikan. Pada tahun 1918 Agenda disamakan, dan cetakan tahun 1937-lah yang kita pakai pada saat ini.[3
Kalender Gerejawi (Almanak) HKBP
Almanak HKBP adalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan untuk satu tahun berdasarkan tahun Gerejawi. Yang dimaksud Tahun Gerejawi adalah hari raya liturgi yang tersusun berdasarkan kehidupan Yesus. HKBP memulai tahun liturginya pada Minggu Advent Pertama. Karena itu, Minggu sebelum Advent, yaitu Minggu ke-24 setelah Minggu Trinitatis, disebut juga sebagai Minggu ujung tahun, di sinilah dibacakan barita jujur taon dan peringatan akan mereka yang telah meninggal sepanjang tahun tersebut. HKBP menentukan Minggu Advent ini dengan menghitung mundur 4 hari Minggu dari Hari Natal. Demikian jenis Minggu dalam kalender gerejawi HKBP:
Nama Minggu/Artinya
Advent I – IV
Natal
Setelah Tahun Baru
I – IV Setelah Epifani / Hapapatar (Makin Terang, Makin Jelas)
Septuagesima / 70 hari sebelum kebangkitan
Sexagesima / 60 hari sebelum kebangkitan
Estomihi / Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku (Mzm 31:3)
Invocavit / Bia Ia berseru kepadaku, aku akan menjawab-Nya (Mzm 91:15a)
Reminiscere / Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan (Mzm 25:6)
Okuli / Mataku tetap terarah kepada Tuhan (Mzm 25:15a)
Letare / Bersukacitalah (Yesaya 66:10a)
Judika / Luputkanlah aku ya Allah! (Mzm 43:1a)
Palmarum (Maremare) / Minggu Palma
Pesta I Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Paskah Pertama) / Paskah
Quasimodo Geniti / Seperti bayi yang baru lahir (1 Pet 2:2)
Miserekordias Domini / Tanah ini penuh dengan kasih Allah (Mzm 33:5b)
Jubilate / Pujilah Tuhan, hai segala bangsa (Mzm 66:1)
Kantate / Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Allah (Mzm 98:1a)
Rogate / Doa (Yer 29:12)
Exaudi / Dengarlah suaraku ya Tuhan (Mzm 27:7)
Pentakosta / Turunnya Roh Kudus
Trinitatis / Memperingati Allah Tritunggal
I – XXIV Setelah Trinitatis / Minggu Biasa
Berdasarkan minggu-minggu tersebut, bacaan Alkitab dalam setahun disusun dalam Almanak HKBP. Bacaan Alkitab itu akan diulang kembali setelah tiga tahun, artinya apabila kita memang mengikuti bacaan tersebut, maka Alkitab akan selesai kita baca dalam waktu 3 tahun.
Tata Ibadah HKBP dan Artinya
Setiap urutan dalam tata ibadah HKBP memiliki makna yang dalam. Banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti kebaktian Minggu di HKBP tanpa mengetahui makna dari setiap acara. Hal ini mungkin menjadi penyebab kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut, karena kita sendiri tidak tahu apa yang kita ikuti! Berikut adalah urutan dalam Tata Ibadah Kebaktian Minggu biasa yang tertulis di Agenda HKBP serta keterangannya.
Ø Sebelum memasuki acara yang pertama, jemaat telah memasuki ruang kebaktian dan bersiap menunggu lonceng dibunyikan (di kota besar penggunaan lonceng mungkin telah ditiadakan). Setelah lonceng dibunyikan, jemaat akan bersaat teduh untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, menyiapkan hatinya untuk mengikuti ibadah.
Nyanyian Bersama : Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati kita sudah harus siap untuk mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan. Karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati kita untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut.
Votum – Introitus – Doa Pembukaan : Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus.” Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.
Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nas Alkitab. Bacaan ini diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana perayaan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini disambut jemaat dengan menyanyikan “Haleluya” yang artinya “Pujilah Tuhan!”
Sambutan Jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan unsur kebersamaan. Doa ini disampaikan bersama, memohon agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah tersebut.
Nyanyian Bersama : Nyanyian ini harus sesuai dengan Hari Raya Gerejawi dan merupakan respons Jemaat terhadap doa pembukaan.
Pembacaan Hukum Tuhan : Bagian ini adalah lanjutan dari nyanyian pembukaan dalam ibadah. Maksudnya, dengan memperdengarkan serta memahami Hukum Taurat dari Allah, anggota Jemaat yang beribadah sadar akan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang dia lakukan (Roma 3:20b). Hukum Taurat yang dibacakan bisa juga berfungsi sebagai cermin diri dan peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan memohon kekuatan untuk melakukan Taurat-Nya.
Nyanyian Bersama: Nyanyian ini berisi respons Jemaat atas harapan Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini harus berkaitan dengan Hukum Taurat.
Pengakuan Dosa: Setelah Jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk mengaku dosa-dosa tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui ‘doa pengampunan dosa’, Jemaat memohon dalam kerendahan hati dan mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh. 33:11). Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji Tuhan dengan mengucapkan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin.”
Nyanyian Bersama : Nyanyian ini adalah respon Jemaat atas pengampunan dosanya.
Pembacaan Firman (Epistel) : Setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umatNya melalui Firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman (Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, Liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Amen.” Perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja.
Nyanyian Bersama: Nyanyian ini adalah respon umat atas pembacaan Alkitab. Karenanya, nyanyiannya pun harus sesuai dengan pembacaan Epistel.
Pengakuan Iman Rasuli : Bagian ini adalah bagian yang harus ada dalam setiap ibadah Umat Kristen karena melalui bagian ini kita mengucapkan pengakuan iman kita akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan Firman Allah (Epistel) yang telah dibacakan mendorong kita untuk mengakui iman kepercayaan kita.
Warta Jemaat: Bagian ini seringkali dirasa tidak perlu terdapat di dalam ibadah. Namun, HKBP memasukkan Warta Jemaat sebagai bagian dari ibadah karena semua kegiatan Jemaat adalah karya Allah dalam hidup kita. Karena itu, Warta Jemaat sebenarnya hanya berisi hal-hal yang ada kaitannya langsung dengan kehidupan Jemaat. Setelah Warta, Jemaat mendoakan hal-hal tersebut.
Nyanyian Bersama : Nyanyian ini merupakan respons Jemaat akan pengakuan imannya, sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini berarti bahwa mereka yang bersaksi melalui Pengakuan Iman, bersaksi juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan kesediaan hatinya untuk memberikan “persembahan syukur” sesuai dengan Taurat.
Kotbah : Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan dan penuntun hidup Jemaat.
Nyanyian Bersama: Nyanyian bersama ini adalah untuk merespons Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali kotbah tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi acara yang dilakukan setelah kotbah.
Doa Persembahan dan Nyanyian Persembahan : Sebelum pulang ke tempat masing-masing jemaat masih diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberikan karena segala sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol. 1:3). Jemaat menyambut doa tersebut dengan nyanyian bersama, yang menyatakan bahwa segala hal harus diserahkan kepada Tuhan (BE 204:2).
Doa Penutup/Doa Bapa Kami : Jika ibadah dibuka dengan doa, maka diakhir juga dengan doa. Doa penutup juga harus disesuaikan dengan hari raya gerejawi. Setelah itu doa tersebut disambung dengan Doa Bapa Kami. Ini merupakan doa yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi bagian akhir pada doa penutup.
Doksologi : Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan Jemaat sebagai respons atas seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan pemberi segala sesuatu (Lihat Mat 6:13).
Berkat : Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa Allah juga telah memberkati Jemaat dengan berkat yang sama. Sebegai sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”
Sumber: http://dongants.wordpress.com, BINSAR PAKPAHAN
Liturgi HKBP berasal dari Kerajaan Prosia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18) terdapat bermacam-macam denominasi Gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran Gereja yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis. Keyakinan Kaisar yang memerintah Jerman waktu itu adalah apabila agama bersatu (dan hanya satu), maka negara akan menjadi kuat, dan apabila negara kuat, berarti kekuasaan Kaisar juga kuat. Karena itu negara berkepentingan untuk menyatukan berbagai denominasi yang ada di Jerman pada waktu itu, dan salah satu caranya adalah menyatukan tata ibadah yang ada agar menjadi sama di seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan waktu bertahun-tahun dan akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang adalah gabungan dari tradisi Lutheran dan Calvinis.
Versi tata ibadah yang kita pakai sekarang adalah penggabungan kedua tradisi tersebut (dikenal juga sebagai Tata Ibadah Union), yang lahir sebagai sebuah liturgi kompromi di dalam pertentangan.[2
Tata ibadah HKBP sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan. Agenda pertama yang dipakai dicetak pada tahun 1894. Agenda yang dipakai pendeta non-Batak berbeda dengan yang dipakai oleh Guru Huria. Tata ibadah yang dipakai oleh Guru Huria tidak memiliki Votum karena dianggap kurang pantas untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Tahun 1907, Agenda dicetak ulang tetapi tidak memiliki perubahan yang signifikan. Pada tahun 1918 Agenda disamakan, dan cetakan tahun 1937-lah yang kita pakai pada saat ini.[3
Kalender Gerejawi (Almanak) HKBP
Almanak HKBP adalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan untuk satu tahun berdasarkan tahun Gerejawi. Yang dimaksud Tahun Gerejawi adalah hari raya liturgi yang tersusun berdasarkan kehidupan Yesus. HKBP memulai tahun liturginya pada Minggu Advent Pertama. Karena itu, Minggu sebelum Advent, yaitu Minggu ke-24 setelah Minggu Trinitatis, disebut juga sebagai Minggu ujung tahun, di sinilah dibacakan barita jujur taon dan peringatan akan mereka yang telah meninggal sepanjang tahun tersebut. HKBP menentukan Minggu Advent ini dengan menghitung mundur 4 hari Minggu dari Hari Natal. Demikian jenis Minggu dalam kalender gerejawi HKBP:
Nama Minggu/Artinya
Advent I – IV
Natal
Setelah Tahun Baru
I – IV Setelah Epifani / Hapapatar (Makin Terang, Makin Jelas)
Septuagesima / 70 hari sebelum kebangkitan
Sexagesima / 60 hari sebelum kebangkitan
Estomihi / Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku (Mzm 31:3)
Invocavit / Bia Ia berseru kepadaku, aku akan menjawab-Nya (Mzm 91:15a)
Reminiscere / Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan (Mzm 25:6)
Okuli / Mataku tetap terarah kepada Tuhan (Mzm 25:15a)
Letare / Bersukacitalah (Yesaya 66:10a)
Judika / Luputkanlah aku ya Allah! (Mzm 43:1a)
Palmarum (Maremare) / Minggu Palma
Pesta I Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Paskah Pertama) / Paskah
Quasimodo Geniti / Seperti bayi yang baru lahir (1 Pet 2:2)
Miserekordias Domini / Tanah ini penuh dengan kasih Allah (Mzm 33:5b)
Jubilate / Pujilah Tuhan, hai segala bangsa (Mzm 66:1)
Kantate / Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Allah (Mzm 98:1a)
Rogate / Doa (Yer 29:12)
Exaudi / Dengarlah suaraku ya Tuhan (Mzm 27:7)
Pentakosta / Turunnya Roh Kudus
Trinitatis / Memperingati Allah Tritunggal
I – XXIV Setelah Trinitatis / Minggu Biasa
Berdasarkan minggu-minggu tersebut, bacaan Alkitab dalam setahun disusun dalam Almanak HKBP. Bacaan Alkitab itu akan diulang kembali setelah tiga tahun, artinya apabila kita memang mengikuti bacaan tersebut, maka Alkitab akan selesai kita baca dalam waktu 3 tahun.
Tata Ibadah HKBP dan Artinya
Setiap urutan dalam tata ibadah HKBP memiliki makna yang dalam. Banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti kebaktian Minggu di HKBP tanpa mengetahui makna dari setiap acara. Hal ini mungkin menjadi penyebab kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut, karena kita sendiri tidak tahu apa yang kita ikuti! Berikut adalah urutan dalam Tata Ibadah Kebaktian Minggu biasa yang tertulis di Agenda HKBP serta keterangannya.
Ø Sebelum memasuki acara yang pertama, jemaat telah memasuki ruang kebaktian dan bersiap menunggu lonceng dibunyikan (di kota besar penggunaan lonceng mungkin telah ditiadakan). Setelah lonceng dibunyikan, jemaat akan bersaat teduh untuk menyerahkan diri kepada Tuhan, menyiapkan hatinya untuk mengikuti ibadah.
Nyanyian Bersama : Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan beribadah. Tetapi hati kita sudah harus siap untuk mengikuti ibadah sejak lonceng dibunyikan. Karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati kita untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut.
Votum – Introitus – Doa Pembukaan : Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah tersebut dengan ucapan: “Di dalam Nama Allah Bapa, dan Nama Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, dan Nama Roh Kudus.” Inilah yang membedakan ibadah dengan pertemuan biasa, ibadah adalah persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran Allah.
Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nas Alkitab. Bacaan ini diambil berdasarkan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana perayaan Minggu Gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini disambut jemaat dengan menyanyikan “Haleluya” yang artinya “Pujilah Tuhan!”
Sambutan Jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan unsur kebersamaan. Doa ini disampaikan bersama, memohon agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah tersebut.
Nyanyian Bersama : Nyanyian ini harus sesuai dengan Hari Raya Gerejawi dan merupakan respons Jemaat terhadap doa pembukaan.
Pembacaan Hukum Tuhan : Bagian ini adalah lanjutan dari nyanyian pembukaan dalam ibadah. Maksudnya, dengan memperdengarkan serta memahami Hukum Taurat dari Allah, anggota Jemaat yang beribadah sadar akan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran yang dia lakukan (Roma 3:20b). Hukum Taurat yang dibacakan bisa juga berfungsi sebagai cermin diri dan peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan memohon kekuatan untuk melakukan Taurat-Nya.
Nyanyian Bersama: Nyanyian ini berisi respons Jemaat atas harapan Allah untuk menjalankan hukum Tuhan. Isi nyanyian ini harus berkaitan dengan Hukum Taurat.
Pengakuan Dosa: Setelah Jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk mengaku dosa-dosa tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui ‘doa pengampunan dosa’, Jemaat memohon dalam kerendahan hati dan mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk 15:21). Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah mengampuni dosa dari orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh. 33:11). Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji Tuhan dengan mengucapkan “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang Maha Tinggi. Amin.”
Nyanyian Bersama : Nyanyian ini adalah respon Jemaat atas pengampunan dosanya.
Pembacaan Firman (Epistel) : Setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umatNya melalui Firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini adalah kata-kata Allah menyapa umatNya melalui surat kiriman (Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik dan bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, Liturgis membacakan “Berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara Firman Allah. Amen.” Perkataan ini bermaksud agar umat mengingat bahwa Firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja.
Nyanyian Bersama: Nyanyian ini adalah respon umat atas pembacaan Alkitab. Karenanya, nyanyiannya pun harus sesuai dengan pembacaan Epistel.
Pengakuan Iman Rasuli : Bagian ini adalah bagian yang harus ada dalam setiap ibadah Umat Kristen karena melalui bagian ini kita mengucapkan pengakuan iman kita akan Trinitas: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan Firman Allah (Epistel) yang telah dibacakan mendorong kita untuk mengakui iman kepercayaan kita.
Warta Jemaat: Bagian ini seringkali dirasa tidak perlu terdapat di dalam ibadah. Namun, HKBP memasukkan Warta Jemaat sebagai bagian dari ibadah karena semua kegiatan Jemaat adalah karya Allah dalam hidup kita. Karena itu, Warta Jemaat sebenarnya hanya berisi hal-hal yang ada kaitannya langsung dengan kehidupan Jemaat. Setelah Warta, Jemaat mendoakan hal-hal tersebut.
Nyanyian Bersama : Nyanyian ini merupakan respons Jemaat akan pengakuan imannya, sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan. Persembahan juga dikumpulkan pada pada waktu ini. Hal ini berarti bahwa mereka yang bersaksi melalui Pengakuan Iman, bersaksi juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan kesediaan hatinya untuk memberikan “persembahan syukur” sesuai dengan Taurat.
Kotbah : Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian Minggu. Semua bagian dari ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan dan penuntun hidup Jemaat.
Nyanyian Bersama: Nyanyian bersama ini adalah untuk merespons Firman Tuhan yang baru saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali kotbah tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi acara yang dilakukan setelah kotbah.
Doa Persembahan dan Nyanyian Persembahan : Sebelum pulang ke tempat masing-masing jemaat masih diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberikan karena segala sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol. 1:3). Jemaat menyambut doa tersebut dengan nyanyian bersama, yang menyatakan bahwa segala hal harus diserahkan kepada Tuhan (BE 204:2).
Doa Penutup/Doa Bapa Kami : Jika ibadah dibuka dengan doa, maka diakhir juga dengan doa. Doa penutup juga harus disesuaikan dengan hari raya gerejawi. Setelah itu doa tersebut disambung dengan Doa Bapa Kami. Ini merupakan doa yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia. Itulah sebabnya ini menjadi bagian akhir pada doa penutup.
Doksologi : Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan Jemaat sebagai respons atas seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan pemberi segala sesuatu (Lihat Mat 6:13).
Berkat : Berkat yang ditulis di Bil 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan kepada Umat Israel. Melalui berkat ini kita memahami bahwa Allah juga telah memberkati Jemaat dengan berkat yang sama. Sebegai sambutan iman, maka Jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”, yang berarti “ya benar! Terjadilah.”
Sumber: http://dongants.wordpress.com, BINSAR PAKPAHAN
(Disampaikan pada sebuah seminar liturgi di HKBP Tanjung Priuk, 2005)
(Disampaikan pada sebuah seminar liturgi di HKBP Tanjung Priuk, 2005)